46. Tahu Rasanya Nyesak?

 

Jika kita tidak tahu perbandingan harga, maka kita biasa-biasa saja membayar untuk harga tersebut. Tapi begitu tahu perbandingan harga, rasanya jadi nyesak setelah tahu bedanya sampai tiga kali lipat. Betapa tidak nyesak, tiket bus Amsterdam – Brussels hanya 8 euro (132.000 rupiah) untukpembelian on line dan melonjak menjadi 24 euro (396.000 rupiah) untuk pembelian langsung di bus. Siapa yang akan mengira disparitas harga on line yang sedemikian besar. Bayangkan,bedanya sampai tiga kali lipat.

Ceritanya begini. Awalnya saya datang ke stasiun Amsterdam Sloterdijk sehari sebelum keberangkatan ke Brussels untuk membeli tiket bus. Tapi aneh sekali, di sana tidak ada terminal bus sama sekali, yang ada hanya terminal bus dalam kota Amsterdam di tempat terpisah. Memang waktu saya datang di tempat yang sama dari Berlin, para penumpang hanya diturunkan di pinggir jalan. Bahkan haltepun tidak ada. Padahal waktu itu hujan rintik-rintik. Para penumpang yang akan naikpun menunggu di bawah hujan rintik-rintik. Padahal ini tempat kedatangan dan keberangkatan bus antar kota antar negara, tapi masa halte saja tidak ada, apalagi terminal. Sungguh tidak paham kenapa. Sekarang saya sudah di sana, hanya ada satu bus tujuan Frankfurt yang mangkal. Tidak ada counter tiket, tidak ada kantor perwakilan bus. Saya tanya ke sopir tersebut, tiket dapat diperoleh secara on line atau beli langsung ke sopir saat keberangkatan. Saya sudah cek secara on line, harga tiket hanya 8 euro (132.000 rupiah). Tapi saya tidak yakin, kok murah banget. Saya juga tidak familiar pesan secara on line. Jadi biarlah besok saya go show saja dan beli tiket di tempat.

Hari ini adalah hari keberangkatan saya ke Brussles. Saya sudah di lokasi jam 11.45. Bus Amsterdam – Brussels sudah ada. Saya beli tiket ke sopir dan kena harga 24 euro (396.000 rupiah). Begitu sampai di Brussels saya berinisiatif untuk mau langsung pesan tiket ke Paris karena saya hanya dua malam di sini. Kondisi di Brussels sama seperti di Amsterdam, tidak ada terminal, bahkan sekedar halte juga tidak ada . Kami hanya diturunkan di pinggir jalan di Brussels Nord Train Station. Saya tanya sopir, katanya juga tidak ada sales counter di Brussels ini. Terus bagaimana caranya beli tiket. Katanya via on line atau via sopir. Tapi kalau via sopir mahal katanya. Contohnya tadi saya beli tiket 24 euro, padahal harga on line hanya 11 euro katanya (malah 8 euro kalau hasil pengecekan saya). Saya kaget dan jadi nyesak, kok bedanya demikian besar. Di hostel Brussels saya searching lagi. Ternyata benar, harga tiket Amsterdam – Brussels bervariasi 8 euro dan 11 euro tergantung jam keberangkatan. Sedangkan saya bayar 24 euro karena beli langsung tanpa on line. Benar-benar keterlaluan nih sistem harganya.

Kalau begini saya harus beli on line tiket Brussels – Paris untuk keberangkatan lusa. Harganya bervariasi 18 euro (297.000 rupiah) dan 28 euro (462.000 rupiah) tergantung jam keberangkatan. Sayangnya tidak ada info berapa harga kalau beli langsung ke sopir. Tapi jika tiket Amsterdam – Brussels 8 euro dan 11 euro via online dan jadi 24 euro beli di tempat, tentu saja tiket brussels 18 euro dan 28 euro via on line bisa menjadi dua sampai tiga kali lipatnya jika beli di tempat.
Di bawah ini adalah foto “terminal bus antar negara” di Sloterdijk Amsterdam dan Nord Station Brussels yang bahkan sekedar haltepun tidak ada. Beda banget dengan terminal bus antar negara di Wina, Praha dan Berlin yang ada terminalnya dan sales counter penjualan tiket.

Artikel Terkait