Apa saja bisa dijual untuk pariwisata di Eropa ini. Bahkan patung anak kecil yang sedang pipis saja bisa menjadi maskot pariwisata kota Brussels. Namanya Manneken Pis, patung anak kecil mengencingi sebuah kolam. Semua turis pasti datang ke lokasi ini. Padahal patung itu biasa saja, berdiri di sebuah pojokan jalan kecil. Dan orang-orang rame mendatanginya sambil berfoto-foto ria.
Semua toko souvenir menjual replika Manneken Pis. Aneka souvenir seperti piringan dan magnet juga dihiasi gambar anak kecil sedang kencing ini. Kalau di Budapest dan Praha mereka menjual jembatan sebagai objek wisata. Padahal hanya jembatan. Ironi yang lain adalah coklat. Belgia sangat terkenal dengan coklat belgianya. Semua toko menjual coklat dengan kemasan aneka rupa. Semua turis membeli coklat. Padahal mana ada pohon coklat di sini.
Setelah berkeliling di sepuluh negara Eropa terlihat sekali betapa industri pariwisata dapat memberikan multiplier efek yg dahsyat sekali. Penjualan ribuan item jenis souvenir, pedagang di kios-kios PK5, penjual makanan, jasa penginapan, jasa transportasi, jasa tour, seniman jalanan dan masih banyak lagi. Semua menikmati kucuran uang yang dibelanjakan para turis. Mungkin karena tahu dahsyatnya dampak pariwisata terhadap ekonomi mereka, maka semua penduduk sangat welcome dan ramah pada turis. Mereka melayani dengan baik setiap pertanyaan, bahkan menawarkan bantuan seperti mengambilkan foto kita.
Ironis sekali dengan kondisi negeri kita, terutama di Padang saat saya pulang kampung lebaran tahun lalu. Saya mengajak anak-anak ke tempat wisata Malin Kundang di pantai Air Manis Padang. Setiap belokan jalan sepanjang 5 km menuju ke sana selalu ada gerombolan pak ogah yang mengutip uang. Di Bukittinggi saya baca berita setiap parkir dikenakan 20.000 rupiah. Begitu pindah parkir kena 20.000 rupiah lagi. Padahal andaikan mereka tahu. Jika mereka ramah pada turis, niscaya ribuan turis akan datang. Mereka akan memborong souvenir, makanan khas, kaos, baju dan lain sebagainya. Itu semua akan membangkitkan ekonomi yang luar biasa. Apalagi bagi turis bule. Uang rupiah tidak ada artinya. Mereka akan terkaget-kaget betapa murahnya harga-harga. Tapi itulah, sayang sekali orang kita ttidak mengerti sama sekali.