Destinasi pertama kami adalah Palm Jumeirah, pulau buatan hasil reklamasi yang berbentuk pohon palm. Kami naik Metro dari terminal 3 bandara Dubai menuju stasiun Sobha Realty. Dari sini pindah moda naik trem di halte Dubai Marina dan turun di halte Palm Jumeirah.
Dari Palm Jumeirah kami pindah moda lagi ke monorail. Sayangnya one day pass yang kami punya tidak berlaku di sini sehingga perlu beli lagi tiket monorail seharga AED 15 round trip untuk tujuan the Pointe. Padahal kami sudah beli one day pass seharga AED 22 sebelumnya.
Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan luar biasa hasil pembangunan di pulau reklamasi ini. Berbagai gedung tinggi, hotel, apartemen dan perumahan tertata rapih dengan aneka desain arsitektural nuansa arab dan modern.
Jalur monorail persis simetris di tengah “batang pohon” Palm Jumeirah sehingga penumpang bisa melihat ke kiri dan kanan secara leluasa. Dalam perjalanan ini monorail melewati “cabang demi cabang” Palm Jumeirah. Setiap cabang dibatasi oleh laut. Pemandangan pantai di cabang-cabang ini luar biasa indah.
Tidak lama kemudian kami sampai dan turun di stasiun tujuan the Pointe. Ini adalah titik paling ujung batang pohon Palm Jumeirah. Di seberangnya adalah pulau melengkung yang mengelilingi pohon Palm Jumeirah.
Kami turun ke pantai. Pasirnya putih dan bersih. Airnya sangat jernih berwarna biru dan kehijauan. Aneka permainan dan trasnportasi air tersedia di sini. Setelah menikmati pemandangan dan tentu saja berfoto-foto maka kami meninggalkan the Pointe kembali ke monorail.
Sekarang tujuan kami adalah Burj Khalifa di Dubai Mall, gedung tertinggi di dunia dengan ketinggian 828 m. Kami kembali naik monorail, trem dan Metro dan turun di stasiun 25, Burj Khalifa/Dubai Mall.
Tadinya saya mengira bahwa Dubai Mall berlokasi di dalam Burj Khalifa sebagaimana mall-mall lain yang berlokasi di dalam sebuah gedung. Tapi perkiraan saya keliru karena ternyata justru Burj Khalifalah yang berlokasi di Dubai Mall. Sangat masuk akal karena Dubai Mall adalah mall terbesar di dunia dengan luas 50 x lapangan sepak bola.
Kami jalan kaki dari stasiun Metro ke Burj Khalifa. Dua titik ini dihubungkan dengan sebuah koridor lebar dan nyaman yang melintas di atas jalan raya. Koridor ini panjang sekali karena ternyata jarak stasiun ke gedung cukup jauh juga sampai-sampai koridor ini dilengkapi 5-6 unit travelator. Perkiraan saya jaraknya lebih dari 500 m.
Namanya mal terbesar di dunia maka kita bisa tersesat di dalam rimba belantara ribuan toko di mall jika tidak terbiasa. Tapi kami melewati mall langsung straight to the point saja menuju kolam di depan Burj Khalifa. Di sini banyak turis yang mengambil foto karena kita bisa mengambil gambar Burj Khalifa secara utuh dari titik ini.
Burj Khalifa menjulang tinggi di hadapan kita dengan diapit gedung-gedung tinggi lainnya. Cukup satu kata untuk menggambarkannnya, megah.
Setelah itu kami kembali masuk ke dalam mall dan kali ini menuju Dubai Aquarium and Underwater Zoo. Ini adalah sebuah keluarbiasaan yang lain. Bayangkan, di dalam mall ada akuarium raksasa yang mengisi dua tingkat mall.
Berbagai macam ikan dari yang terkecil sampai yang terbesar yakni ikan hiu dan pari berenang di dalamnya. Seorang penyelam kelihatan di dasar akuarium. Mungkin ini bagian dari atraksi akuarium.
Setelah puas di Dubai Mall maka sekarang kami akan ke Museum of the Future yang terkenal itu. Lokasinya di dekat stasiun Metro no 23, Emirat Towers.
Museum of the Future diklaim sebagai bangunan dengan arsitektur terindah di dunia. Bentuknya agak mirip-mirip dengan the Cloud di Chicago yang saya kunjungi beberapa bulan yang lalu.
Jika the Cloud hanyalah bangunan berupa monumen saja yang tidak bisa dimasuki orang maka Museum of the Future adalah bangunan gedung sebenarnya yang terdiri dari beberapa lantai.
Dinding luarnya diliputi oleh tulisan kaligrafi Arab. Dinding dan plafon di dalam juga diliputi sepenuhnya oleh kaligrafi.
Kami hanya sampai di lobi saja dan tidak mengeksplor masuk ke dalam musium karena tidak cukup waktu. Setelah ini kami masih harus ke Dubai Frame dulu sebelum lanjut ke bandara lagi.
Dubai Frame adalah landmark kota Dubai berupa bangunan seperti frame foto. Kami kembali naik Metro ke sana dan turun di stasiun nomor 21, Max. Lokasinya cukup jauh dari stasiun Metro sehingga kami hanya mengambil gambar Dubai Frame dari kejauhan saja.
Secara keseluruhan saya melihat bahwa Dubai adalah kota internasional modern. Kehidupan di sini adalah kehidupan internasional yang sangat heterogen.
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah arsitektur gedung2 tingginya. Semuanya adalah arsitektur modern yang futuristik. Ada yang seperti disusun dari kotak lego. Ada yang seperti huruf D. Ada lagi aneka bentuk menarik lainnya yang saya juga kesulitan mendeskripsikannya. Dan puncaknya tentu saja arsitektural Burj Khalifa yang fenomenal tersebut.
Demikianlah eksplorasi Dubai sehari penuh yang kami lakukan tanpa menginap. Start dari bandara Dubai pagi-pagi dan sore hari sudah ada di bandara lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Istanbul Turki.
Bersambung